Knowledge Sharing : Safety Riding Clinic JDDC
10 11 2009 Kebiasaan akan membentuk Seseorang.Ane pikir inilah dasar pemikiran pada kegiatan Safety Riding Clinic yang diprakarsai oleh JDDC (Jakarta Defensive Driving Consulting) dan Komunitas Motor Besar Indonesian Biker Society (IBS-88). Sudah sejak dua minggu yang lalu ane menerima message via Facebook bahwa JDDC akan mengadakan kegiatan ini di North Parking EX Plaza. Dengan “hanya” Rp 600,000 para peserta dapat mendapatkan pengalaman dan pelajaran penting dalam berkendara sepeda motor yang dibawakan langsung oleh boss JDDC yaitu bro Jusri Pulubuhu.
Apa saja yang diajarkan oleh bro Jusri? Berikut saya bagikan ilmunya.
Clinic dimulai dengan bahasan mengenai reflex pada saat berkendara. Reflex adalah tindakan manusia yang diambil tanpa pertimbangan. Secara medis aliran syaraf tidak melalui otak. Reflex dalam berkendara dapat membahayakan atau menyelamatkan, tergantung pada habit atau kebiasaan yang secara terus-menerus diulangi. Reflex adalah bentuk respon pengendara sebagai tanggap terhadap keadaan mendesak saat berkendara yang terjadi dalam orde hitungan detik.
Untuk menghasilkan gerakan reflex yang tepat (baca: menyelamatkan) maka perlu dibiasakan dan dilatih cara dan metode berkendara yang tepat. Untuk itulah Safety Riding Clinic ini diadakan, yaitu untuk membentuk respon pengendara secara tepat pada saat gerakan reflex dibutuhkan. Juga untuk mengarahkan pengendara bagaimana berkendara motor dengan benar dari sebelum, selama dan sesudah berkendara.
Berikut ulasan materi pelatihannya, penekanan pada kata BIASAKAN menunjukkan bahwa kesalahan sering terjadi pada cara berkendara tersebut:
Mari kita naik ke atas motor. Selalu naiki motor dari sebelah kanan pada saat standar miring dengan melipat kaki (agar tidak menyenggol box), dan turun dari sebelah kiri. Jika motor berada pada standar tengah, tidak masalah untuk menaiki motor dari kedua sisi. Posisi berkendara yang benar adalah tidak membungkuk dan tidak menyandar, pastikan tulang punggung tegak dan seluruh tubuh senyaman mungkin.
a. Palm & Hand Position
Genggam stang dengan jari yang terhubung ke otot trisep yaitu jari tengah, jari manis dan kelingking karena kekuatan dibutuhkan untuk mengendalikan stang. Sementara itu jari telunjuk disiagakan di tuas rem depan.
Posisi lengan tidak boleh terlalu lemas, angkat sedikit siku, jangan biarkan tertekuk ke bawah. Posisikan tuas rem dan kopling tidak terlalu datar tapi membentuk sudut dengan posisi ke bawah.
b. Foot & Knee
Bro Jusri mengatakan terdapat tiga posisi telapak kaki di foot step, depan, tengah dan belakang. Pada kegiatan riding normal, posisikan telapak tangan sedemikian rupa sehingga mampu menjangkau tuas rem dan transmisi.
Posisi lutut tidak boleh terbuka, usahakan mengimpit tangki secara relax, untuk pengendara matic dan bebek, usahakan kedua lutut bertemu untuk keseimbangan.
c. Visibility
Pandangan menentukan keseimbangan pada saat berkendara. Untuk membuktikan hal ini bro Jusri meminta salah seorang peserta untuk berdiri tegak sementara bro Jusri siap memberikan dorongan kuat dari belakang. Pada saat posisi mata lurus ke depan, badan akan lebih kuat ketimbang ketika posisi mata ke bawah.
Demikian halnya pada saat berkendara membelok, mata yang mengarah ke arah belokan akan membuat pengendara lebih stabil dan tidak merasa paranoid untuk jatuh.
Pada saat berkendara pandangan tidak boleh difokuskan pada satu titik, tapi harus menyebar untuk mengantisipasi segala kemungkinan.
Sekarang ente sudah di atas motor dan akan bergerak. Apa saja yang harus dilakukan dan diperhatikan?
a. Left Foot One Step Ahead (2-4) & Up
Pada saat torsi diberikan dan motor mulai bergerak perlahan, biasakan tidak langsung mengangkat kedua kaki, Tengok sekeliling dan spion, pastikan kondisi aman untuk mulai berkendara. Berjalanlah perlahan seiring gerakan motor dimulai dengan urutan berikut: kiri – kanan – kiri – kanan (UP), pada posisi kanan terakhir ini, kaki kanan diangkat ke footstep, disusul dengan kaki kiri. Biasakanlah hal ini setiap mulai berkendara.
b. In Case of Stop Do Not Use Front Brake
Pada saat awal berkendara dan ente berada pada kecepatan “walking speed” di bawah 20 km/jam gunakanlah rem belakang untuk menghentikan laju motor, dan bukan rem depan.
c. During Initial Rolls, Straight Forward Your Front Wheel
Biasakan meluruskan roda depan ketika motor mulai melaju, jangan sekali-kali start motor dengan posisi roda depan membelok!
Pengereman yang baik akan menghentikan motor dengan jarak henti sependek mungkin.
a. Threshold
Kenali jarak pengereman motor ente, ujilah dengan mengukur jarak henti ketika menggunakan pengereman dengan rem depan dan belakang maupun dengan kedua rem secara terpisah.
b. Squeeze
Biasakan meremas tuas rem secara perlahan, bukan langsung menarik sekuat tenaga. Hal ini untuk mencegah roda slip alias kehilangan daya cengkeram (traksi) dengan jalan.
c. Stopping Position
Ketika menyelesaikan proses pengereman dan motor sudah berhenti, Biasakan menurunkan kaki kiri terlebih dahulu dan jangan lepaskan kaki kanan dari pedal rem sampai motor benar-benar berhenti sempurna. Pada kebanyakan pengendara, kaki kanan akan turun terlebih dahulu. Ini sangat membahayakan karena proses pengereman belum selesai yang berpotensi menyebabkan roda belakang slip.
d. Walking Speed, Use Rear Brake
Seperti telah dibahas sebelumnya, biasakan menggunakan rem belakang ketika berkendara dan hendak mengerem dalam kecepatan kurang dari 20 km/jam.
e. Slippery, Don’t place Your Finger On Brake Lever
Jika motor slip, jangan posisikan jari pada tuas rem. Kebanyakan pengendara akan reflex menarik tuas rem pada saat mendesak, dan hal ini membahayakan.
i. Walking Speed –> Rear Brake
Sudah dibahas sebelumnya.
ii. Steady Speed –> Both – Threshold (Don’t Squeeze)
Ketika berkendara dalam kecepatan konstan (steady) dan ente hendak mengerem, maka biasakan menarik tuas rem dan sepersekian detik kemudian menginjak pedal rem. Gunakan kekuatanpada rem depan sebesar 70% dan rem belakang sebesar 30%. Prinsip ini juga diadopsi pada teknologi ABS (Anti-lock Brake System) untuk mencegah roda slip.
4. Single Riding
Mari kita berkendara tunggal, tanpa penumpang. Apa saja yang perlu diperhatikan?
a. Aim : “RIDE & FUN”
Ingat tujuan awal. Berkendara untuk bersenang-senang dan menikmati perjalanan, oleh karena itu pastikan motor dan diri ente layak untuk berkendara.
i. T-CLOCS & Emergency Contact
T-CLOCS adalah metode pemeriksaan motor yang meliputi elemen Tires, Chain, Lamp, Oil, Chassis dan Kick Stand, sebelum mulai berkendara, biasakan melakukan pemeriksaan motor ini.
ii. Ride With Emphaty
Bro Jusri mengingatkan bahwa ketika berkendara berkelompok, baik itu motor besar maupun motr kecil sekalipun arogansi akan berpotensi timbul, oleh karena itu gunakan empati ketika berkendara. Bayangkan jika ente menjadi pengendara lain di sekitar ente. Apa yang akan mereka pikirkan tentang ente?
iii. What a First?
Apa saja yang harus dilakukan dan diutamakan?
1. Slow Down
Saat panca indra ente menangkap sesuatu yang tak lazim, perlambatkan laju motor, namun ingat bahwa respon yang tepat tidak selalu harus dengan mengerem. Jika setelah ente melambat kondisi berubah segera ambil keputusan untuk terus melaju atau mengerem dan berhenti.
2. Intersection
Pada setiap persimpangan, dahulukan lalu lintas dari arah kanan, UU no.22 tahun 2009 tidak mengizinkan pengendara untuk belok kiri langsung kecuali ada rambu lain yang mengizinkan. Biasakan amati keadaan di arah belokan setiap kali ente membelok.
3. Changing Lane
Berpindah lajur dengan memotong garis marka putus-putus kadang perlu dilakukan. Biasakan menyalakan sein, lihat spion, lihat ke samping dan belokkan motor secara perlahan. Jangan lakukan manuver mendadak selama berkendara.
b. Group Riding
Berkendara berkelompok memang menyenangkan, namun keamanan berkendara tetap nomor satu.
i. Pre-ride briefing
Biasakan mengadakan briefing singkat sebelum berkendara, berapa kecepatan maksimum, dimana harus berhenti, berapa frekuensi radio komunikasi dan lain-lain.
ii. RC, Voor Rider, Sweeper & Officer
Tentukan siapa pengendara yang tepat untuk bertanggung jawab pada posisi tersebut.
iii. Indication, Overtake, Trouble Rules
Jelaskan isyarat tangan dan kaki yang akan diambil, bagaimana menyalip kendaraan lain dengan aman dan apa yang harus dilakukan seandainya terjadi hal terburuk.
iv. Rest Period
Biasakan berkendara tidak lebih dari dua jam. Kelelahan akan memicu kecelakaan. Pada saat darurat, ketuk helm ente dan menepilah segera. Biarkan rekan terdekat membantu ente.
Sebagai materi tambahan bro Jusri juga memberikan selembar kertas mengenai sosialisasi Undang-Undang Lalu-Lintas no.22 tahun 2009 yang lebih tegas dari Undang-Undang sebelumnya. Acara dilanjutkan dengan makan siang bersama, ditraktir oleh bro Jusri.
Overall, seluruh materi baik praktek maupun teori sudah ane ketahui dan ane pelajari di beberapa kegiatan Safety Riding Course sebelumnya. Hal yang dapat ane ambil pada kegiatan ini yang barangkali menyebabkan biaya Clinic ini relatif mahal adalah peragaan metode membelok dengan counter weight dan metode pengereman yang diperagakan langsung oleh bro Jusri, juga pelajaran berharga bahwa gerakan reflex kita dalam waktu sepersekian detik ditentukan oleh cara berkendara kita yang dilakukan berulang-ulang selama sekian ribu jam. Oleh karena itu, pastikan cara berkendara ente sudah benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar